TKRO SMK Negeri 1 Robatal

Keluarga Besar Teknik Kendaraan Ringan Otomotif SMKN 1 Robatal.

Mendidik Sepenuh Hati

Photo Bareng Guru dan Siswa Teknik Kendaraan Ringan Otomotif (TKRO).

Aku Kau Dan Kenangan

Para Pembelajar Otomotif di SMKN 1 Robatal.

Jumat, 17 Februari 2023

Modul 3.2 Koneksi Antar Materi "Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya"


PRAMONO ANDRI SUSWANTO

SMK Negeri 1 Robatal

CGP Angkatan 6 Kabupaten Sampang

 

Kesimpulan dan mengoneksikan materi yang ada di dalam modul ini dengan materi lainnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

  • Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan 'Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya' dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. 

Pemimpin Pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya merupakan satu kesatuan yang saling berkesinambungan dalam pemanfaatan pada aset-aset sekolah yang dimiliki dan dikelola dengan baik oleh seorang pemimpin pembelajaran. Pemanfaatan sumber daya yang ada di sekolah menjadi modal utama dalam membangun kekuatan atau potensi dalam ruang lingkup warga sekolah, lingkungan dan masyarakat.

Sumber daya yang terdapat di sekolah merupakan sebuah ekosistem dimana terjadinya interaksi atau hubungan timbal balik atau saling ketergantungan antara komponen dalam ekosistem, yaitu dalam hal ini adalah komponen biotik yaitu unsur yang hidup dan komponen abiotik, yaitu unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup) ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya, seperti hubungan antara Murid, Kepala Sekolah, Guru, Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, Orang Tua dan Masyarakat sekitar sekolah. Sedangkan faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah: Keuangan dan Sarana dan prasarana.

Melalui pemetaan kekuatan atau potensi sumber daya yang ada di sekolah, sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat mengimpelementasikan kekuatan tersebut melalui konsep 7 modal utama yang terdapat di sekolah, yakni Modal Manusia, Modal Fisik, Modal Sosial, Modal Finansial, Modal Politik, Modal Lingkungan/ Alam, Modal Agama dan budaya. Jika seorang pemimpin pembelajaran dapat memanfaatkan 7 modal utama menjadi sebuah kekuatan, maka hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dan kemajuan sekolah.

Dalam pemanfaatan 7 modal utama sebagai suatu kekuatan di sebiah sekolah, pemimpin pembelajaran juga harus dapat memanfaatkan pendekatan berfikir dalam pengelolaan asset, diantaranya Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan melihat dengan cara pandang negatif. memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja, dan pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah memusatkan pikiran pada kekuatan positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif

  • Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.

Pengelolaan sumber daya yang tepat dan dapat mendorong pada proses pembelajaran dikelas menjadi lebih berkualitas merupakan bagian dari pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah, yakni sekolah sebagai satuan pendidikan yang mempunyai hak mengatur, melaksanakan, dan mengawasi kegiatan pendidikan agar efisiensi dan efektivitas penyelenggara pendidikan dapat tercapai dengan sebaik-baiknya. Sehingga sekolah sebagai komuntias dapat melakukan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) yang dapat menitikberatkan pada kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, yang dijadikan sebagai kekuatan untuk maju dan berkembang. Sehingga sekolah dalam memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mendorong pada proses pembelajaran dikelas menjadi lebih berkualitas, maka sekolah dapat menerapkan  model pengembangan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA), yaitu 7 modol/aset utama ini merupakan salah satu alat yang dapat membantu menemukenali sumber daya yang menjadi aset sekolah dan  ketujuh aset ini dapat saling beririsan satu sama lain, dan contoh 7 Modal Utama, antara lain :

 1.       Modal Manusia

Modal manusia tersebut teridi dari kepala sekolah, pengawas, guru, orag tua, dan murid serta ketenaga kependidikan seperti tata usaha, penjaga sekolah. Dan bagaimana memanfaatkan modal manusia tersebut dalam mewujudkan pembelajaran yang berkualtas, sebagai contoh pada dalam satu sekolah terdapat guru  yang memilki keahlian dibidang Sains, maka sekolah membuat Club Sains untuk menggali potensi dalam bidang akademik untuk mengikuti perlombaan olimpiade, dalam hal ini Guru tersebut dengan kaahliannya dapat berpengaruh terhadap murid sesuai dengan minat dibidangnya

2.       Modal Sosial

Pemanfaatan modal sosial dalam hal ini dapat melalui kerjasama dengan KKG untuk meningkatkan kompetensi sekolah, dan  dengan puskesmas untuk meningkatkan mutu kesehatan di sekolah serta menjalin kerjasama dengan masyarakat sekitar lingkungan sekolah seperti RT, RW dll

3.       Modal Fisik

Modal fisik yang terdapat disekolah adalah bangunan dan sarana prasarana yang dapat dimanfaatkkan sesuai dengan bentuk dan pemanfaatanya, misalnya laboratorium komputer  dapat dimanfaatkan untuk belajar mengenai TIK  dll.

4.      Modal Lingkungan/Alam

Lingkungan / alam yang ada disekitar sekolah merupakan modal yang sangat berharga untuk menciptakan pembelajaran yang menyenagkan, seperti memanfaatkan lingkungan menjadi area apotik hidup dan dapat dimanfaatkan untuk belajar tentang obat dan pemanfaatanya.

5.       Modal Financial

Modal finansial menjadi sangat perlu dipertimbangkan, karena untuk mewujdukan pembelajaran yang berkualitas perlunya adanya perencanaan yang matang, seperti pembuatan RKAS yang mendukung untuk keberlangsungan proses pembelajaran manjadi lebih berkulitas.

6.      Modal Politik

Dalam modal politik ini merupakan kerjasama dengan pihak luar, seperti dukungan dari pemerintah daerah kelurahan untuk menjalankan program sekolah seperti komposting, jumantik, Bank sampah, dan bekerjasama dengan KPKP untuk membentuk kebun toga, serta dengan Dinas pertamanan untuk pemyediaan tanaman sekolah.

7.       Modal Agama dan Budaya

Modal Agama dan Budaya untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih berkualitas yakni, dengan adanya warga sekolah dan lingkungan religius, adanya tokoh agama baik dari lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitar, dan terlibat aktif dalam komunitas keagamaan dan budaya daerah setempat. Misalnya menyelenggarakan program sekolah yang menunjang peningkatan budaya positif dan pendidikan karakter, dan menyelenggearakan kegiatan keagamaan dengan melibatkan tokoh agama disekitarnya.

  • Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

Keterkaitan materi dengan modul lainnya, antara lain :

ü  Nilai Filosofi Ki Hadjar Dewantara ( Modul 1.1)

Ki Hajar Dewantara melalui filosiofinya yang mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan,bahwa pendidikan merupakan kegiatan  menuntun segala kekuatan kodrat yang pada anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Sehingga guru sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat melakukan proses pembelajatan yang menyenagkan, dan berpihak pada murid,sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya, karena murid bukanlah kertas kosong, namun setiap murid memilki potensi yang berbeda-beda, dan tugas kita sebagai guru hanya menuntun dan menebalkan potensi yang sudah mereka miliki.

ü  Nilai dan Peran Guru Penggerak (Modul 1.2)

Guru sebagai pendidik merupakan bagian dari 7  modal utama, yaitu sebagai modal manusia, dalam hal ini guru sebegai pemimpin pembelajaran nilai dan peran yang sagat penting dalam proses belajar dikelasnya, sehingga ilai-nilai mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan berpihak pada murid harus dijadikan landasan dalam terciptanya pebelajar yang sesuai dengan profil pelajar pancasila. Dan guru juga harus dapat berperan dalam membangun sinergi dilingkungan sekolah sebagai pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, serta mewujudkan kepemimpinan murid, dengan nilai dan peran guru secara aktif, maka akan menciptakan generasi unggu dengan memanfaatan modal utama untuk menggali potensi murid-muridnya.

ü  Visi Guru Penggerak (Modul 1.3)

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus memilki Visi guru penggerak yang berbasis IA (Inkuiri Apresiatif) melalui konsep ATAP dan BAGJA. Pada konsep terebut dapat jga digunakan sebagai pengelolaan sumber daya yang ada disekolah. Hal ini sesuai dengan Cooperrider & Whitney (2005), yang menyatakan bahwa Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi, landasan berpikir, yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, organisasi, dan dunia sekitarnya, baik dari masa lalu, masa kini, maupun masa depan.

ü  Budaya Positif (Modul 1.4)

Budaya positif dilingkungan sekolah merupakan budaya yang mendukung segala bentuk perkembangan murid, dengan tujuangan memanusikan manusia dengan menerapkan disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, sehingga akan menghasilkan out put dari peserta didik yang memilki karakter kuat dimasa depan. Misalnya dengan melakukan resitusi akan menciptakan peserta didik yang memilki karakter positif dimasa depannya.

ü  Pembelajaran Diferensiasi (Modul 2.1)

Pembelajaran berdiferensiasi adalah sebuah cara dalam pembelajaran yang sangat berpihak kepada siswa, sesuai dengan kesiapan belajar siswa dan profil belajar siswa yang berbeda sesuai dengan keunikannya. Sebelum melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru harus sudah melaksakanan pemetaan. Dalam proses pembelajaran berdifrensiasi akan sangat dapat terwujud, jika pemanfaatan sumber daya yang ada disekolah seperti guru dan murid, seta modal lingkungan, modal fisik dan yang lainnya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

ü  Pembelajaran Sosial dan Emosional (Modul 2.2)

Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) merupakan strategi atau cara seorang pemimpin pembelajaran dalam melakukan kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah, yang menenkankan pada keterampilan dan pengelolaan mengenai aspek-aspek sosial emosional. Teknik mindfulness juga dapat dijadikan strategi bagaimana acara mengelola sumber daya manusia, yakni murid sehingga melalui tahap tersebut potensi kecerdasan sosial emosional anak bisa berkembang optimal.

ü  Coaching (Modul 2.3)

Coaching merupakan sebuah strategi atau acara seorang pemimpin pembelajaran untuk melakukan pengembangan kekuatan diri pada diri anak dengan menuntun, mendampingi anak, untuk menggali potensi anak dan memaksimalkannya. Pada proses Coachee memberikan kesempatan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir pada diri anak, yang didalamnya terdapat Caach sebagai pengembangan kekuatan dan potensi pada coachee sebagai lawan bicara.

ü  Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab (Modul 3.1)

Sebagai pemimpin pembelajaran dalam prosesnya akan selalu berhadapan dengan dua situasi yakni, dilema etika dan bujukan moral yang dituntut pada pengembilan keptusan. Sebagai pemimpin pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan yang baik, diharapkan pada pengambilan keputusan tersebut dengan mengedepankan keputusan-keputusan yang bermanfaat bagi seluruh elemen yang terlibat didalamnya,yaitu dengan langkah-langkah pengambilan keputusan berdasarakn 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Prinsip tersebut sanat penting karena hal ini sangat terkait dengan pengelolaan sumber daya yang ada disekolah.

  • Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

Sebelum belajar modul 3.2 mengenai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya. Selama ini masih sering fokus dan berpikir berbasis kekurangan, hal menyebabkan tidak jarang perasaan yang timbul adalah, perasaan yang pesimis, negatif sehingga berakhir dengan kegagalan. Namun setelah mempelajari modul 3.2 ini, sudut pandang mengenai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya ini menjadi berubah, karena ternyata seorang pemimpin harusnya selalu mengedanpan pola pikir berbasis kekuatan/aseet, sehingga hal tesebut membuat kita akan berpikir postif dengan memanfaatkan sumber daya atau aset yang ada disekelilingya.

 

 

Salam Guru Penggerak

Salam Bahagia

Semoga Bermanfaat

 

 


Sabtu, 11 Februari 2023

Aksi Nyata Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Nilai-Nilai Bijak sebagai Pemimpin

 

PRAMONO ANDRI SUSWANTO

SMK Negeri 1 Robatal

CGP Angkatan 6 Kabupaten Sampang

 

1.   Fact (Peristiwa)

Latar Belakang tentang situasi yang dihadapi

SMKN 1 Robatal merupakan salah sekolah negeri di wilayah Utara Kabupaten Sampangyang memiliki kultur yang beraneka ragam dan dengan mata pencaharian yang berbeda. 

Akan tetapi kebanyakan yang orang tuanya pergi ke luar negeri sebagai tenaga kerja Indonesia menjadi para pejuang devisa Negara. Mungkin itulah salah satu penyebab mengapa sangat rentan terjadinnya perceraian. Anak dititipkan di kakek neneknya yang secara fisik dan kejiwaan bukan lagi waktu mengurus anak yang sedang butuh perhatian dan teman bicara. Usia tua renta yang seharusnya diurus dan dilayani bukan bukan mengurus dan melayani. Anaklah yang menjadi korban. 

Anak dibiarkan mau bagaimana pun yang penting makan. Akibatnya banyak anak yang mencari sosok pigure seorang ayah dan ibu. Tak jarang melampiaskan dengan berteman dengan siapa sapa yang membuat mereka nyaman. Mereka tidak tahu sosok ibu itu seperti apa dan sosok ayah itu seperti apa. Mereka hanya tahu ibu dan ayah tugasnya memberi uang jajan saat mereka pingin dan mengirimi uang tiap bulan lewat rekening. 

Data tersebut didukung dari hasil wawancara kepada setiap murid dan visit home yang dilakukan wali kelas bersama guru-guru mata pelajaran. Hal tersebut berpengaruh terhadap cara memandang dan berinteraksi yang dilakukan peserta didik kepada guru-guru di SMKN 1 Robatal. Mereka seolah-olah sedang sosok panutan hidup.

Kondisi factual tersebut sangat berpengaruh besar terhadap para guru yang bertugas di SMKN 1 Robatal.  Awalnya kondisi tersebut terasa sangat berat. Tetapi Seiring berjalannya waktu kami mulai terbiasa untuk menghadapi kondisi tersebut. Kami sering berkomunikasi baik secara resmi dalam ruang rapat ataupun dalam ruang diskusi obrolan santai berkeluh kesah terhadap keadaan anak di kelas. 

Hasil obrolan tersebut dipetik suatu hikmah dan petuah bahwa sebagai guru SMKN 1 Robatal harus mampu memerankan tiga sosok yaitu pertama sebagai Orang tua yang mampu menunjukan anak ke arah jalan yang lebih baik melalui atikan dan bimbingan, seperti membiasakan penanaman nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku yang sudah sering diacuhkan dan luntur. 

Kedua sebagai teman yang mampu menanamkan dan melakukan prinsip-prinsip positif seperti  prinsip tanggung jawab, kerja sama dan kompetensi untuk mewujudkan nilai- nilai social. Ketiga menjadi guru, sosok yang membantu peserta didik dalam menumbuhkembangkan keterampilan serta pengetahuan. Jadi guru harus mampu memerankan dirinya sebagai teladan, pendorong, penuntun dan pengarah bagi seluruh peserta didik.

Ketiga peran tersebut memunculkan keberanian kepada peserta didik untuk mencurahkan apa yang mereka rasakan, permasalahan apa sedang hadapi dan keinginan apa yang mereka harapkan. Ini yang mendorong guru untuk mampu membantu mereka dengan proses coaching dan pengambilan keputusan yang tepat yang dapat melejitkan setiap potensi yang dimiliki peserta didik.

Sejalan dengan tujuan pendidikan guru penggerak untuk menciptakan pemimpin pembelajaran. Pembelajaran yang selalu memperhatikan perbedaan kebutuhan belajar peserta didik dan melahirkan peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlakul karimah, mandiri, kreatif, bernalar kritis, gotong royong dan berkebinekaan global atau sering disebut dengan profil pelajar pancasila.

Cita-cita luhur tersebut akan tercapai jika seluruh elemen yang ada di sekolah mampu bergerak bersinergis untuk berkolaborasi, bergotong royong dan bekerja sama. Tidak menumpukkan tanggung jawab hanya pada guru penggerak yang ada di sekolah tersebut. Guru penggerak harus menyebarluaskan pengetahuan, pengalaman dan praktik baik yang diperoleh selama pendidikan guru penggerak kepada seluruh warga sekolah. guru penggerak akan memberikan perubahan terhadap komunitas sekolah. 

Salah satu bentuk pengimbasan yang dilakukan guru penggerak adalah melakukan aksi nyata yaitu aksi nyata modul 3.1 pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. 

Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah salah satu peran yang harus dilakukan guru. Pengambilan keputusan yang tepat yang mampu mengakomodir seluruh kepentingan warga sekolah khususnya peserta didik. Keputusan yang tepat diperoleh dengan melakukan langkah-langkah pengujian dan pengambilan keputusan. 

Supaya selaras harus dilakukan sosialisasi dan praktik pengambilan keputusan kepada guru-guru SMKN 1 Robatal.   Guru dapat melahirkan Peserta didik yang merdeka dari proses pengambilan keputusan yang tepat dari seorang guru. Pengambilan keputusan keputusan yang diawali dengan memetakan asset/sumber daya yang dimiliki menggunakan pendekatan inquiri apresiatif dengan tahapan BAGJA.

 

*      Kegiatan aksi nyata ini meliputi tiga kegiatan yaitu : 

1.)  Sosialisasi dan praktek pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran kepada pemangku kepentingan dan stekholder sekolah dan komunitas praktisi dan seluruh warga sekolah. 

2.)  Dalam kegiatan ini dilakukan sosialisasi bagaimana peserta dapat membedakan antara dilema etika dan bujukan moral , kemudian memahami bagaimana paradigma yang digunakan untuk pengambikan keputusan , kemudian apa saja prinsip yang digunakan untuk pengambilan keputusan , setelah itu bagaimana peserta dapat mempraktekkan 9 langkah pengambilan keputusan

3.)  Penerapan pengambilan keputusan  yang dialami peserta didik, kegiatan ini dilakukan dengan mengimplementasikan langkah-langkah pengambilan keputusan terhadap situasi yang dialami peserta didik.

 

*      Deskripsi Aksi Nyata 

Aksi nyata penerapan modul 3.1. pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang dilakukan Calon Guru Penggerak di SMKN 1 Robataldimulai dengan mensosialisasikan perbedaan dilemma etika dan bujukan moral serta Sembilan langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Sosialisasi dilakukan beberapa waktu yang berbeda. 

Pertama sosialisasi dilakukan kepada kepala sekolah yang dihadiri pula oleh beberapa guru dan komunitas praktisi. Di lain waktu sosialisasi di lakukan kepada seluruh warga sekolah tak terkecuali peserta didik yang dikumpulkan di lapangan sekolah. 

Alhamdulillah kepala sekolah, komunitas praktisi, beberapa guru dan peserta didik menjadi paham perbedaan antara dilemma etika dan bujukan moral. Mereka pun memahami bagaimana mengambil keputusan dengan mengaplikasikan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Mereka paham bagaimana mengambil keputusan yang meminimalisir kesalahan dan resiko akibat keputusan yang tidak tepat. 

Dan mereka paham cara mengambil keputusan dengan tepat. Mereka pun diberi pemahaman terkait paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan selain 9 langkah pengambilan keputusan.

Selanjutnya Calon guru penggerak mengadakan simulasi dengan beberapa peserta didik. Beberapa peserta didik diberikan contoh kasus yang terkait dilemma etika yang sering terjadi dengan keseharian peserta didik. 

Mereka coba menyelesaikan kasus dilemma etika tersebut dengan memperaktekkan cara pengambilan keputusan berdasarkan pemahaman hasil sosialisasi sebelumnya. Kasus yang meninpa mereka yang berhubungan pengambilan keputusan dan dapat diselesaikan dengan menggunakan prinsip dan langkah pengambilan keputusan. Ada 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan meliputi :

1)   Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

2)   Menentukan siapa yang terlibat

3)   Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan

4)   Pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut yang terdiri dari

·         Uji legal

·         Uji intuisi

·         Perasaan saat keputusan kita dipublikasikan di halaman depan

·         Keputusan apa yang akan diambil oleh panutan/idola dalam situasi ini?

5)   Menentukan paradigma yang terjadi pada situasi tersebut

6)   Menentukan prinsip yang akan kita pilih/pakai dari tiga prinsip

7)   Melakukan Investigasi Opsi

8)   Melihat dan merefleksikan keputusan kita

Awalnya mereka kebingunan tetapi dengan berdiskusi dan berkolaborasi dengan temannya sedikit demi sedikit mereka memahami cara pengimplementasian konsep pengambilan dan pengujian keputusan. Mereka nampak antusias menyelesaikan kasus yang disajikan. Mereka saling bertanya kasus tersebut pernah dialami pernah dialami mereka.    

Kasus tentang bagaimana keputusan yang harus diambil oleh seorang siswi ketika dihadapkan dengan dua pilihan melanjutkan sekolah ke SMK karena pilihan sendiri supaya bisa langsung bekerja untuk membantu ekonomi keluarga atau melanjutkan ke SMA pilihan dari orang tua karena supaya bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Alasan orang tua bekerja sebagai TKI, ingin anaknya sekolah setinggi-tingginya. Sebenarnya anak tersebut pingin sekolah lebih tinggi tapi suka ada perasaan pingin juga berkumpul bersama orang tua yang utuh biarlah sampai SMK supaya sedikit bisa meringkan beban orang tua.

 

*      Alasan melakukan aksi nyata tersebut

Perubahan tidak akan maksimal berjalan jika dilakukan hanya oleh CGP saja. Perlu adanya keterlibatan dari berbagai pihak khusus pemimpin/kepala sekolah dan seluruh warga sekolah. dilemma etika merupakan dua kebenaran yang datang secara bersamaan dan perlu ada satu pilihan tepat dari kedua kebenaran tersebut. 

Dengan sosialisasi terhadap kepala sekolah, beberapa guru, komunitas praktisi dan para peserta didik akan memberikan pencerahan dalam pengambilan keputusan permasalahan dilemma etika yang dihadapi warga sekolah. 

Sosialisasi kepada Peserta didik pun akan membantu mereka menentukan suatu pilihan tepat dengan berbagai pertimbangan yang matang. Simulasi yang dilakukan kepada peserta didik akan membantu mereka mengaplikasikan konsep pengambilan keputusan dan mendewasakan mereka dalam menghadapi setiap kasus/permasalahan dilemma etika yang terjadi.

 

*      Hasil aksi nyata yang dilakukan

Warga sekolah meliputi kepala sekolah, guru dan peserta didik jadi tahu tentang apa itu dilemma etika, bujukan moral, dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan. Mereka pun lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Bahkan keputusan yang telah dibuat direfleksi kembali untuk meyakinkan apakah keputusan tersebut sudah dapat mewakili kepentingan orang lain dan tepat. Apakah keputusan yang diambil tidak menimbulkan polimek susulan. Atau kah jika tidak tepat segala kemungkinan yang muncul akan dapat diminimalisir.

Dengan melakukan praktik nyata kepada peserta didik terkait kasus yang disuguhkan, menjadikan peserta didik tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Secara logis mereka menimbang dan memikirkan dengan melakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Sehingga keputusan yang mereka ambil dapat dipertanggung jawabkan dan memberikan alasan logis kepada orang tua mereka. Keputusan yang didasarkan dengan berbagai pertimbangan matang dan dihasilkan dengan penuh kesadaran.

 

2.   Feeling (Perasaan) 

Perasaan Saat Melaksanakan Aksi Nyata 

Ada keraguan yang sering muncul di benak. 

Apakah praktik baik yang akan dilakukan yaitu pengimbasan pengetahuan dan pengalaman terkait konsep pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran akan diterima dan dipahami oleh seluruh warga sekolah. dan apakah peserta didik mampu menerapkan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan dalam kasus  yang disuguhkan. 

Seiring dengan proses yang dilakukan keraguan tersebut terbantahkan. Seluruh warga sekolah menerima dengan tangan terbuka terhadap perubahan yang dilakukan dalam pengambilan keputusan. Walaupun konsep pengambilan dan pengujian keputusan termasuk konsep baru Alhamdulillah proses sosialisasi kepada seluruh warga sekolah berjalan sesuai dengan harapan dan siswa pun mampu menerapkan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan terhadap kasus yang disuguhkan kepada mereka.  

 

3.   Finding (Pembelajaran)

Pembelajaran Yang Didapat 

Ada beberapa hal yang menjadikan catatan dari pelaksanaan aksi nyata yang dilakukan di SMKN 1 Robatalyang akan dijadikan bahan pertimbangan.

Praktek baik penerapan konsep pengambilan keputusan hanya dilakukan kepada beberapa peserta didik tidak semua peserta didik melakuka praktek baik tersebut. Tidak menutup kemungkinan masih banyak peserta didik kebingungan dan bahkan tidak secara maksimal mampu mempraktekkan 9 langkah pengambilan keputusan dalam menyelesaikan kasus dilemma etika yang bakal mereka hadapi di kemudian hari.

Pengambilan keputusan bisa jadi tidak berjalan seutuhnya apalagi jika pengambilan keputusan tersebut berbenturan dengan kebijakan yang telah dibuat dan disepakati bersama oleh pemangku kebijakan dalam satu institusi (Sekolah).

Suatu praktik baik yang dilakukan dengan niat tulus dan sejalan dengan peningkatan kualitas seluruh elemen institusi akan memberikan kemanfaatan dan keberhasilan terhadap institusi tersebut. Begitu pun dengan praktik baik yang dilakukan CGP di SMKN 1 Robatal memberikan beberapa keberhasilan di antaranya sebagai berikut:

o   Khazanah pengetahuan dan pengalaman dalam pengambilan keputusan seluruh warga sekolah makin bertambah dan meningkat.

o   Kepala sekolah, guru, peserta didik dan warga sekolah lainnya bergerak bersinergis menerapkan proses pengambilan keputusan baik di kegiatan sekolah ataupun di kelas .

o   Terjadi perubahan paradigma warga sekolah dalam pengambilan keputusan yang tadi selalu bergerak cepat sekarang ada proses dengan pertimbangan dan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan.  

 

4.   Future (Penerapan Ke Depan)

Rencana Perbaikan 

Rencana perbaikan penerapan yang dilakukan adalah :

Setiap peserta didik diberikan kesempatan yang sama untuk mempraktikkan konsep pengambilan keputusan dengan menerapakan Sembilan langkah pengujian dan pengambilan keputusan baik dalam forum diskusi maupun disisipkan sebagai materi tambahan yang dilakukan guru mata pelajaran.

Memaksimalkan peran komunitas praktisi dalam membantuk menerapkan konsep pengambilan keputusan sebagai agen perubahan yang akan memberikan layanan terhadap kesulitan yang terjadi pada proses pengambilan keputusan yang dilakukan.

Melibatkan warga sekolah untuk melakukan umpan balik dari setiap pengambilan keputusan yang dibuat dan memberikan keleluasaan untuk memberikan masukan demi ketepatan keputusan dan melakukan refleksi.

 

 

Salam Guru Penggerak

Salam Bahagia

Semoga Bermanfaat

 

Jumat, 10 Februari 2023

Koneksi AntarMateri Modul 3.1-Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Oleh:

Pramono Andri Suswanto, CGP Angkatan 6, SMKN 1 Robatal

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Perkenalkan saya Pramono Andri Suswanto Calon Guru Penggerak Angkatan 6 dari SMK Negeri 1 Robatal Kabupaten Sampang. Pendidikan Guru Penggerak membawa perubahan besar dalam diri saya terutama dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Diawali oleh modul 1, 2, dan 3 (3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran). Materi-materi yang luar biasa saya dapatkan dari 2 modul sebelumnya. Selama menjalani Pendidikan Guru Penggerak ini saya dibimbing oleh fasilitator yaitu Ibu Sri Mulyati, yang luar biasa hebat, selalu membimbing, mengarahkan, memotivasi tiada bosannya dan Pengajar Praktik Bapak Affan yang sama luar biasanya dengan Ibu Sri Mulyati dalam memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan demi kelanjutan pendidikan ini.

Berikut Rangkuman Koneksi AntarMateri Modul 3.1-Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran berdasarkan 10 buah pertanyaan:

1.  Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Filosofi Pratap Triloka khususnya ing ngarso sung tuladha memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. KHD berpandangan bahwa sebagai seorang guru, itu harus memberikan tauladan atau contoh praktik baik kepada murid.Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karsa dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani. Artinya dari belakang hendaknya memberikan dukungan. Intinya kita sebagai seorang guru harus bia memberikan dukungan, arahan dan bimbingan kepada para siswa. Guru bertugas menyemangati siswa.

Sebagai seorang guru dalam mendukung kreatifitas siswa serta menggali potensinya kita harus mengambil keputusan yang bertanggung jawab dengan berlandaskan kepada 4 paradigma, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 tahap pengambilan keputusan agar mereka meraih merdeka belajar untuk mewujudkan profil pelajar pancasila.

2.   Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya.Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.

Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik.

Prinsip – prinsip yang mendasari seseorang dalam mengambil keputusn yaitu :

a.       Berpikir berbasis hasil akhir ( End based thinking)

b.      Berpikir berbasis peraturan ( Rule based thinking)

c.       Berpikir berbasis rasa perduli (Care based thinking)

Dalam setiap pengambilan keputusan yang kita ambil aka nada konsekuensi yang mengikuti serta keputusan berdasarkan nilai kebajikan universal yang berpihak kepada siswa.

3.   Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.?

Coaching adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.

Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.

TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar.Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini.TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.

Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,

Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,

Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.

Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.TIRTA akronim dari :

T : Tujuan

I : Identifikasi

R : Rencana aksi

TA: Tanggung jawab

4.  Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik.Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah.

5.    Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi.Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.

Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.

6.   Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Jawaban saya yaitu iya, kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun.Diantaranya adalah sistem yang kadang jika memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid.Yang kedua tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan Bersama. Yang ketiga keputusan yang diambil kadang kala tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan.

 

8.    Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Menurut pendapat saya, semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.

 

9.  Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.

Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.

 

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah :

Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran.

Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).

Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.

Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

 

Jalan-jalan ditemani Istri

Nongkrong sejenak sambil nunggu pesanan

Demikianlah Koneksi AntarMateri

Semoga kita tepat dalam mengambil keputusan

 

Burung dara cendrawasih

Cari dulu di Papua

Cukup sekian dan terima kasih

Semoga bermanfaat untuk semua