Oleh:
Pramono Andri Suswanto, CGP Angkatan 6, SMKN 1 Robatal
Assalammualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh,
Perkenalkan saya Pramono Andri
Suswanto Calon Guru Penggerak Angkatan 6 dari SMK Negeri 1 Robatal Kabupaten
Sampang. Pendidikan Guru Penggerak membawa perubahan besar dalam diri saya
terutama dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Diawali oleh modul 1, 2, dan
3 (3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran). Materi-materi yang
luar biasa saya dapatkan dari 2 modul sebelumnya. Selama menjalani Pendidikan
Guru Penggerak ini saya dibimbing oleh fasilitator yaitu Ibu Sri Mulyati, yang
luar biasa hebat, selalu membimbing, mengarahkan, memotivasi tiada bosannya dan
Pengajar Praktik Bapak Affan yang sama luar biasanya dengan Ibu Sri Mulyati
dalam memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan demi kelanjutan pendidikan
ini.
Berikut Rangkuman Koneksi AntarMateri
Modul 3.1-Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran berdasarkan 10
buah pertanyaan:
1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan
filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan
keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Filosofi Pratap Triloka khususnya
ing ngarso sung tuladha memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. KHD berpandangan bahwa sebagai seorang
guru, itu harus memberikan tauladan atau contoh praktik baik kepada murid.Dalam
setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha
keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karsa dan pada
akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan
terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang
mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap
Triloka Tut Wuri Handayani. Artinya dari belakang hendaknya memberikan
dukungan. Intinya kita sebagai seorang guru harus bia memberikan dukungan,
arahan dan bimbingan kepada para siswa. Guru bertugas menyemangati siswa.
Sebagai seorang guru dalam
mendukung kreatifitas siswa serta menggali potensinya kita harus mengambil
keputusan yang bertanggung jawab dengan berlandaskan kepada 4 paradigma, 3
prinsip pengambilan keputusan dan 9 tahap pengambilan keputusan agar mereka
meraih merdeka belajar untuk mewujudkan profil pelajar pancasila.
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri
kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan
suatu keputusan?
Setiap guru seyogyanya memiliki
nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya.Nilai-nilai positif yang
mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada
murid.
Nilai-nilai yang akan membimbing
dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar.
Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif,
serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang
teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil
keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada
situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar
melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk
mengambil keputusan yang benar.
Keputusan tepat yang diambil
tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan
dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil
keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan
kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik.
Prinsip – prinsip yang mendasari
seseorang dalam mengambil keputusn yaitu :
a.
Berpikir berbasis hasil akhir ( End based
thinking)
b.
Berpikir berbasis peraturan ( Rule based
thinking)
c.
Berpikir berbasis rasa perduli (Care based
thinking)
Dalam setiap pengambilan keputusan yang kita ambil aka nada konsekuensi
yang mengikuti serta keputusan berdasarkan nilai kebajikan universal yang
berpihak kepada siswa.
3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan
pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching'
(bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses
pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah
kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada
pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut.
Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada
modul 2 sebelumnya.?
Coaching adalah ketrampilan yang
sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik
masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah
coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi
dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat
ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan
pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.
Pembimbingan yang telah dilakukan
oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya berlatih
mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah
berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan
apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.
TIRTA merupakan model coaching yang
dikembangkan dengan semangat merdeka belajar.Model TIRTA menuntut guru untuk
memiliki keterampilan mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi
murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang
diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini.TIRTA
dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options
dan Will.
Goal (Tujuan):
coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching
ini,
Reality
(Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,
Options
(Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran
selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.
Will (Keinginan
untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan
menjalankannya.TIRTA akronim dari :
T : Tujuan
I :
Identifikasi
R : Rencana
aksi
TA: Tanggung
jawab
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan
menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan?
Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat
dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid
mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka
masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar
seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik.Kompetensi sosial dan
emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat
mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka
belajar di kelas maupun di sekolah.
5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada
masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang
pendidik.
Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari
tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang
terjadi.Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan
pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi
termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.
Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus
terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan
terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan
mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang
dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan
dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang
dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang
diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan
kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak
adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik.
Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah
moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan
kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya
peserta didik.
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat,
tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan
nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral
atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan
dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai
dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi
semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan
berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di
lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan
terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan
paradigma di lingkungan Anda?
Jawaban saya yaitu iya, kesulitan
muncul karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan
selama bertahun-tahun.Diantaranya adalah sistem yang kadang jika memaksa guru
untuk memilih pilihan yang salah atau kurang tepat dan tidak berpihak kepada
murid.Yang kedua tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan
keputusan Bersama. Yang ketiga keputusan yang diambil kadang kala tanpa
sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak kendala-kendala dalam proses
pelaksanaan pengambilan keputusan.
8. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan
keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid
kita?
Menurut pendapat saya, semua
tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan
tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang
digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah
sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam
belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan
kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada
murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan
belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan
dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.
9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam
mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan
murid-muridnya?
Ketika guru sebagai pemimpin
pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak
pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi
oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang
menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh
menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam
mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.
Keputusan yang berpihak kepada
murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan
terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan
belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu
melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik
dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul
sebelumnya?
Kesimpulan yang didapat dari
pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah :
Pengambilan
keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan
harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai
pemimpin pembelajaran.
Pengambilan
keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang
akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well
being).
Dalam
pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh
(mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.
Dalam
perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan
bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan
pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar
keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.
Jalan-jalan
ditemani Istri
Nongkrong
sejenak sambil nunggu pesanan
Demikianlah
Koneksi AntarMateri
Semoga kita
tepat dalam mengambil keputusan
Burung dara
cendrawasih
Cari dulu di
Papua
Cukup sekian
dan terima kasih
Semoga
bermanfaat untuk semua
0 komentar:
Posting Komentar