PRAMONO ANDRI SUSWANTO
SMK Negeri 1 Robatal
CGP Angkatan 6 Kabupaten Sampang
1. Fact
(Peristiwa)
Latar Belakang tentang situasi yang dihadapi
SMKN 1 Robatal merupakan
salah sekolah negeri di wilayah Utara Kabupaten Sampangyang memiliki kultur
yang beraneka ragam dan dengan mata pencaharian yang berbeda.
Akan tetapi kebanyakan yang
orang tuanya pergi ke luar negeri sebagai tenaga kerja Indonesia menjadi para
pejuang devisa Negara. Mungkin itulah salah satu penyebab mengapa sangat rentan
terjadinnya perceraian. Anak dititipkan di kakek neneknya yang secara fisik dan
kejiwaan bukan lagi waktu mengurus anak yang sedang butuh perhatian dan teman
bicara. Usia tua renta yang seharusnya diurus dan dilayani bukan bukan mengurus
dan melayani. Anaklah yang menjadi korban.
Anak dibiarkan mau
bagaimana pun yang penting makan. Akibatnya banyak anak yang mencari sosok
pigure seorang ayah dan ibu. Tak jarang melampiaskan dengan berteman dengan
siapa sapa yang membuat mereka nyaman. Mereka tidak tahu sosok ibu itu
seperti apa dan sosok ayah itu seperti apa. Mereka hanya tahu ibu dan ayah
tugasnya memberi uang jajan saat mereka pingin dan mengirimi uang tiap bulan
lewat rekening.
Data tersebut didukung dari
hasil wawancara kepada setiap murid dan visit home yang dilakukan wali kelas
bersama guru-guru mata pelajaran. Hal tersebut berpengaruh terhadap cara
memandang dan berinteraksi yang dilakukan peserta didik kepada guru-guru di SMKN
1 Robatal. Mereka seolah-olah sedang sosok panutan hidup.
Kondisi factual tersebut
sangat berpengaruh besar terhadap para guru yang bertugas di SMKN 1 Robatal. Awalnya kondisi tersebut terasa sangat berat.
Tetapi Seiring berjalannya waktu kami mulai terbiasa untuk menghadapi kondisi
tersebut. Kami sering berkomunikasi baik secara resmi dalam ruang rapat ataupun
dalam ruang diskusi obrolan santai berkeluh kesah terhadap keadaan anak di
kelas.
Hasil obrolan tersebut
dipetik suatu hikmah dan petuah bahwa sebagai guru SMKN 1 Robatal harus mampu
memerankan tiga sosok yaitu pertama sebagai Orang tua yang mampu menunjukan
anak ke arah jalan yang lebih baik melalui atikan dan bimbingan, seperti
membiasakan penanaman nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku yang sudah
sering diacuhkan dan luntur.
Kedua sebagai teman yang
mampu menanamkan dan melakukan prinsip-prinsip positif seperti prinsip
tanggung jawab, kerja sama dan kompetensi untuk mewujudkan nilai- nilai social.
Ketiga menjadi guru, sosok yang membantu peserta didik dalam menumbuhkembangkan
keterampilan serta pengetahuan. Jadi guru harus mampu memerankan dirinya
sebagai teladan, pendorong, penuntun dan pengarah bagi seluruh peserta didik.
Ketiga peran tersebut
memunculkan keberanian kepada peserta didik untuk mencurahkan apa yang mereka
rasakan, permasalahan apa sedang hadapi dan keinginan apa yang mereka harapkan.
Ini yang mendorong guru untuk mampu membantu mereka dengan proses coaching dan
pengambilan keputusan yang tepat yang dapat melejitkan setiap potensi yang
dimiliki peserta didik.
Sejalan dengan tujuan
pendidikan guru penggerak untuk menciptakan pemimpin pembelajaran. Pembelajaran
yang selalu memperhatikan perbedaan kebutuhan belajar peserta didik dan
melahirkan peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dan
berakhlakul karimah, mandiri, kreatif, bernalar kritis, gotong royong dan
berkebinekaan global atau sering disebut dengan profil pelajar pancasila.
Cita-cita luhur tersebut
akan tercapai jika seluruh elemen yang ada di sekolah mampu bergerak
bersinergis untuk berkolaborasi, bergotong royong dan bekerja sama. Tidak
menumpukkan tanggung jawab hanya pada guru penggerak yang ada di sekolah
tersebut. Guru penggerak harus menyebarluaskan pengetahuan, pengalaman dan
praktik baik yang diperoleh selama pendidikan guru penggerak kepada seluruh
warga sekolah. guru penggerak akan memberikan perubahan terhadap komunitas
sekolah.
Salah satu bentuk
pengimbasan yang dilakukan guru penggerak adalah melakukan aksi nyata yaitu
aksi nyata modul 3.1 pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Pengambilan keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran adalah salah satu peran yang harus dilakukan
guru. Pengambilan keputusan yang tepat yang mampu mengakomodir seluruh
kepentingan warga sekolah khususnya peserta didik. Keputusan yang tepat
diperoleh dengan melakukan langkah-langkah pengujian dan pengambilan
keputusan.
Supaya selaras harus dilakukan
sosialisasi dan praktik pengambilan keputusan kepada guru-guru SMKN 1 Robatal.
Guru dapat melahirkan Peserta didik yang merdeka dari proses pengambilan
keputusan yang tepat dari seorang guru. Pengambilan keputusan keputusan yang
diawali dengan memetakan asset/sumber daya yang dimiliki menggunakan pendekatan
inquiri apresiatif dengan tahapan BAGJA.
Kegiatan aksi
nyata ini meliputi tiga kegiatan yaitu :
1.) Sosialisasi
dan praktek pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran kepada pemangku
kepentingan dan stekholder sekolah dan komunitas praktisi dan seluruh warga
sekolah.
2.) Dalam
kegiatan ini dilakukan sosialisasi bagaimana peserta dapat membedakan antara
dilema etika dan bujukan moral , kemudian memahami bagaimana paradigma yang
digunakan untuk pengambikan keputusan , kemudian apa saja prinsip yang
digunakan untuk pengambilan keputusan , setelah itu bagaimana peserta dapat
mempraktekkan 9 langkah pengambilan keputusan
3.) Penerapan
pengambilan keputusan yang dialami peserta didik, kegiatan ini dilakukan
dengan mengimplementasikan langkah-langkah pengambilan keputusan terhadap
situasi yang dialami peserta didik.
Deskripsi Aksi Nyata
Aksi nyata penerapan modul 3.1.
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang dilakukan Calon Guru
Penggerak di SMKN 1 Robataldimulai dengan mensosialisasikan perbedaan dilemma
etika dan bujukan moral serta Sembilan langkah pengujian dan pengambilan
keputusan. Sosialisasi dilakukan beberapa waktu yang berbeda.
Pertama sosialisasi dilakukan kepada
kepala sekolah yang dihadiri pula oleh beberapa guru dan komunitas praktisi. Di
lain waktu sosialisasi di lakukan kepada seluruh warga sekolah tak terkecuali
peserta didik yang dikumpulkan di lapangan sekolah.
Alhamdulillah kepala sekolah,
komunitas praktisi, beberapa guru dan peserta didik menjadi paham perbedaan
antara dilemma etika dan bujukan moral. Mereka pun memahami bagaimana
mengambil keputusan dengan mengaplikasikan 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan. Mereka paham bagaimana mengambil keputusan yang meminimalisir
kesalahan dan resiko akibat keputusan yang tidak tepat.
Dan mereka paham cara mengambil
keputusan dengan tepat. Mereka pun diberi pemahaman terkait paradigma
pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan selain 9 langkah
pengambilan keputusan.
Selanjutnya Calon guru penggerak
mengadakan simulasi dengan beberapa peserta didik. Beberapa peserta didik
diberikan contoh kasus yang terkait dilemma etika yang sering terjadi dengan
keseharian peserta didik.
Mereka coba menyelesaikan kasus
dilemma etika tersebut dengan memperaktekkan cara pengambilan keputusan
berdasarkan pemahaman hasil sosialisasi sebelumnya. Kasus yang meninpa mereka
yang berhubungan pengambilan keputusan dan dapat diselesaikan dengan
menggunakan prinsip dan langkah pengambilan keputusan. Ada 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan meliputi :
1) Mengenali
nilai-nilai yang saling bertentangan
2) Menentukan
siapa yang terlibat
3) Mengumpulkan
fakta-fakta yang relevan
4) Pengujian
benar atau salah terhadap situasi tersebut yang terdiri dari
·
Uji legal
·
Uji intuisi
·
Perasaan saat keputusan kita dipublikasikan di halaman
depan
·
Keputusan apa yang akan diambil oleh panutan/idola
dalam situasi ini?
5) Menentukan
paradigma yang terjadi pada situasi tersebut
6) Menentukan
prinsip yang akan kita pilih/pakai dari tiga prinsip
7) Melakukan
Investigasi Opsi
8) Melihat dan
merefleksikan keputusan kita
Awalnya mereka kebingunan tetapi
dengan berdiskusi dan berkolaborasi dengan temannya sedikit demi sedikit mereka
memahami cara pengimplementasian konsep pengambilan dan pengujian keputusan.
Mereka nampak antusias menyelesaikan kasus yang disajikan. Mereka saling bertanya
kasus tersebut pernah dialami pernah dialami mereka.
Kasus tentang bagaimana keputusan
yang harus diambil oleh seorang siswi ketika dihadapkan dengan dua pilihan
melanjutkan sekolah ke SMK karena pilihan sendiri supaya bisa langsung bekerja
untuk membantu ekonomi keluarga atau melanjutkan ke SMA pilihan dari orang tua
karena supaya bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Alasan orang tua
bekerja sebagai TKI, ingin anaknya sekolah setinggi-tingginya. Sebenarnya anak
tersebut pingin sekolah lebih tinggi tapi suka ada perasaan pingin juga
berkumpul bersama orang tua yang utuh biarlah sampai SMK
supaya sedikit bisa meringkan beban orang tua.
Alasan
melakukan aksi nyata tersebut
Perubahan tidak akan
maksimal berjalan jika dilakukan hanya oleh CGP saja. Perlu adanya keterlibatan
dari berbagai pihak khusus pemimpin/kepala sekolah dan seluruh warga sekolah.
dilemma etika merupakan dua kebenaran yang datang secara bersamaan dan perlu
ada satu pilihan tepat dari kedua kebenaran tersebut.
Dengan sosialisasi terhadap kepala
sekolah, beberapa guru, komunitas praktisi dan para peserta didik akan
memberikan pencerahan dalam pengambilan keputusan permasalahan dilemma etika
yang dihadapi warga sekolah.
Sosialisasi kepada Peserta didik pun
akan membantu mereka menentukan suatu pilihan tepat dengan berbagai
pertimbangan yang matang. Simulasi yang dilakukan kepada peserta didik akan
membantu mereka mengaplikasikan konsep pengambilan keputusan dan mendewasakan
mereka dalam menghadapi setiap kasus/permasalahan dilemma etika yang terjadi.
Hasil
aksi nyata yang dilakukan
Warga sekolah meliputi
kepala sekolah, guru dan peserta didik jadi tahu tentang apa itu dilemma etika,
bujukan moral, dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan. Mereka pun lebih
berhati-hati dalam mengambil keputusan. Bahkan keputusan yang telah dibuat
direfleksi kembali untuk meyakinkan apakah keputusan tersebut sudah dapat
mewakili kepentingan orang lain dan tepat. Apakah keputusan yang diambil tidak
menimbulkan polimek susulan. Atau kah jika tidak tepat segala kemungkinan yang
muncul akan dapat diminimalisir.
Dengan melakukan praktik
nyata kepada peserta didik terkait kasus yang disuguhkan, menjadikan peserta
didik tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Secara logis mereka
menimbang dan memikirkan dengan melakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan
keputusan. Sehingga keputusan yang mereka ambil dapat dipertanggung jawabkan
dan memberikan alasan logis kepada orang tua mereka. Keputusan yang didasarkan
dengan berbagai pertimbangan matang dan dihasilkan dengan penuh kesadaran.
2.
Feeling
(Perasaan)
Perasaan
Saat Melaksanakan Aksi Nyata
Ada keraguan yang sering muncul di
benak.
Apakah praktik baik yang
akan dilakukan yaitu pengimbasan pengetahuan dan pengalaman terkait konsep
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran akan diterima dan dipahami
oleh seluruh warga sekolah. dan apakah peserta didik mampu menerapkan 9 langkah
pengujian dan pengambilan keputusan dalam kasus yang disuguhkan.
Seiring dengan proses yang
dilakukan keraguan tersebut terbantahkan. Seluruh warga sekolah menerima dengan
tangan terbuka terhadap perubahan yang dilakukan dalam pengambilan keputusan.
Walaupun konsep pengambilan dan pengujian keputusan termasuk konsep baru
Alhamdulillah proses sosialisasi kepada seluruh warga sekolah berjalan sesuai
dengan harapan dan siswa pun mampu menerapkan 9 langkah pengujian dan
pengambilan keputusan terhadap kasus yang disuguhkan kepada mereka.
3.
Finding
(Pembelajaran)
Pembelajaran
Yang Didapat
Ada beberapa hal yang
menjadikan catatan dari pelaksanaan aksi nyata yang dilakukan di SMKN 1 Robatalyang
akan dijadikan bahan pertimbangan.
Praktek baik penerapan
konsep pengambilan keputusan hanya dilakukan kepada beberapa peserta didik
tidak semua peserta didik melakuka praktek baik tersebut. Tidak menutup
kemungkinan masih banyak peserta didik kebingungan dan bahkan tidak secara
maksimal mampu mempraktekkan 9 langkah pengambilan keputusan dalam
menyelesaikan kasus dilemma etika yang bakal mereka hadapi di kemudian hari.
Pengambilan keputusan bisa
jadi tidak berjalan seutuhnya apalagi jika pengambilan keputusan tersebut
berbenturan dengan kebijakan yang telah dibuat dan disepakati bersama oleh
pemangku kebijakan dalam satu institusi (Sekolah).
Suatu praktik baik yang
dilakukan dengan niat tulus dan sejalan dengan peningkatan kualitas seluruh
elemen institusi akan memberikan kemanfaatan dan keberhasilan terhadap
institusi tersebut. Begitu pun dengan praktik baik yang dilakukan CGP di SMKN 1
Robatal memberikan beberapa keberhasilan di antaranya sebagai berikut:
o
Khazanah pengetahuan dan pengalaman dalam
pengambilan keputusan seluruh warga sekolah makin bertambah dan meningkat.
o
Kepala sekolah, guru, peserta didik dan
warga sekolah lainnya bergerak bersinergis menerapkan proses pengambilan
keputusan baik di kegiatan sekolah ataupun di kelas .
o
Terjadi perubahan paradigma warga sekolah
dalam pengambilan keputusan yang tadi selalu bergerak cepat sekarang ada proses
dengan pertimbangan dan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan.
4.
Future
(Penerapan Ke Depan)
Rencana
Perbaikan
Rencana perbaikan penerapan yang dilakukan
adalah :
Setiap peserta didik
diberikan kesempatan yang sama untuk mempraktikkan konsep pengambilan keputusan
dengan menerapakan Sembilan langkah pengujian dan pengambilan keputusan baik
dalam forum diskusi maupun disisipkan sebagai materi tambahan yang dilakukan
guru mata pelajaran.
Memaksimalkan peran
komunitas praktisi dalam membantuk menerapkan konsep pengambilan keputusan
sebagai agen perubahan yang akan memberikan layanan terhadap kesulitan yang
terjadi pada proses pengambilan keputusan yang dilakukan.
Melibatkan warga sekolah
untuk melakukan umpan balik dari setiap pengambilan keputusan yang dibuat dan
memberikan keleluasaan untuk memberikan masukan demi ketepatan keputusan dan
melakukan refleksi.
Salam Guru Penggerak
Salam Bahagia
Semoga Bermanfaat
0 komentar:
Posting Komentar